Jumat, 08 Januari 2010
Berkenaan dengan para sahabat nabi, Ahlu Sunnah mempunyai hati yang lurus dan bersih dengan mengatakan bahwa persahabatan dengan Nabi saw adalah suatu kemuliaan yang tidak ada bandingannya. Mereka menjaga baik-baik wasiat Nabi saw tentang para sahabat: 'Janganlah kalian mencaci-maki para sahabatku', oleh karena itu mereka tidak pernah mencaci-maki seorang pun dari kaum Muhajirin dan Anshor. Begitu pula dengan sikap para imam ahlul bait terhadap sahabat-sahabat Rasulullah saw. Mereka tidak pernah mencaci maki para sahabat, bahkan mereka banyak memuji dan mengakui keutamaan para sahabat Rasulullah saw. Imam Ali bin Abi Thalib berkata: "Aku telah melihat para sahabat Muhammad saw, tak satupun ada orang yang kulihat yang menyamai mereka. Siang hari mereka sujud dan berdiri menghadap Allah swt. Mereka pergunakan malam untuk shalat dan tidur secara bergantian. Mereka bagaikan di atas bara api karena mengingat hari akhir, seolah-olah pada mata mereka ada bulu kambing karena banyak sujud. Apabila disebut nama Allah, bercucuran air matanya, sehingga membasahi dadanya. Hati mereka selamanya goncang, seperti goncangnya pohon diterpa angin kencang karena takut pada siksa Allah dan mengharap pahala-Nya". Imam Ja'far al-Shiddiq meriwayatkan bahwa seorang pria dari suku Quraisy datang kepada Ali bin Abi Thalib di masa ia menjadi khalifah. Orang itu berkata kepada Imam Ali bin Abi Thalib: "Wahai amirul mukminin! Aku pernah mendengar engkau berkata dalam suatu pidato: Wahai Tuhan kami, jadikanlah kami hamba-Mu yang saleh sebagaimana Engkau telah jadikan khulafaur rasyidin hamba-hamba-Mu yang saleh. Siapakah gerangan mereka itu? sambil air matanya berlinang, ia biarkan air matanya menetes. Lalu Imam Ali menjawab: Mereka adalah orang-orang yang kucintai. Mereka paman-pamanmu. Abubakar dan Umar adalah sebagai imam hidayah, syekh Islam dan para penuntun setelah Rasulullah saw. Barangsiapa yang mengambil tauladan dari mereka akan terpelihara. Barangsiapa mencontoh prilaku mereka mendapat prtunjuk jalan yang lurus. Barangsiapa berpegang teguh pada jalan mereka akan masuk golongan (hizb) Allah swt. Dan golongan Allah itu adalah orang-orang yang selamat". Riwayat lain menceritakan bahwa seorang lelaki datang menghadap Imam Ali seraya berkata: Wahai amirul mukminin! pada saat aku melewati segolongan manusia terdapat di antara mereka yang membicarakan hal-hal yang tidak pantas mengenai Abubakar dan Umar. Sejenak kemudian, Ali pun naik mimbar mengucapkan khutbah dan ia berkata: "Demi dzat yang menciptakan biji-bijian dan membebaskan jiwa! sebenarnya mereka itu (Abubakar dan Umar) sungguh mukmin yang luhur. Tidaklah ada siapapun manusia yang benci kepada mereka dan melawan mereka, melainkan orang itu jahat dan durhaka. Mencintai mereka berarti dekat kepada Allah swt. Dan membenci mereka berarti durhaka kepada Allah swt. Mengapakah mereka mengunjing saudara-saudara Rasulullah, pembantu dan para sahabat beliau? Mereka adalah kepala-kepala Quraisy dan tokoh-tokoh Islam. Aku tidak akan melepaskan diri dari orang yang mengunjingkan Abubakar dan Umar, bahkan mereka akan mendapat ganjaran balasan yang setimpal. Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata: "Maukah kalian kuberitahukan siapa orang yang terbaik bagi umat ini setelah Nabi Muhammad saw? Lalu beliaupun berkata: Abubakar setelah itu Umar". Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata tentang Usman: "Sesungguhnya orang-orang mencercanya, sedang aku dari golongan muhajirin, banyak memohon keridhoannya". Ketika Imam Hasan bin Ali ditanya, apakah mencintai Abubakar dan Umar sunnah hukumnya? beliau menjawab: "Bukanlah semata-mata sunnah, tetapi wajib hukumnya". Telah datang seorang laki-laki kepada Imam Ali Zainal Abidin dan bertanya: Bagaimanakah kedudukan Abubakar dan Umar di sisi Rasulullah saw? Beliau menjawab: "Kedudukan mereka sekarang ini sebagai pedamping Rasulullah saw di pembaringannya". Dalam kitab Hilyah al-Aulia, telah diriwayatkan oleh Abu Nuaim, Imam Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib berkata: Telah datang kepadaku beberapa orang dari Iraq dan mereka bercerita tentang Abubakar, Umar dan Usman. Setelah mereka selesai bercerita berkata Imam Ali bin Husein kepada mereka: Ali bin Husein: Maukah kalian memberitahu aku, apakah kalian termasuk kaum Muhajirin yang terdahulu, yang hijrah dari tempat mereka dan membelanjakan hartanya demi untuk mendapatkan keutamaan dan keridhoan Allah swt, dimana mereka membantu Allah dan Rasul-Nya, dan mereka termasuk orang-orang yang benar? (Al-Hasyr:8) Ahlul Iraq: Tidak. Ali bin Husein: Apakah kalian termasuk orang-orang yang telah menempati kota Madinah (Anshor) dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka, dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)? (Al-Hasyr: 9) Ahlul Iraq: Tidak. Ali bin Husein: Jika kalian tidak termasuk ke dalam dua golongan tersebut, Maka saksikanlah bahwa kalian tidaklah termasuk dalam firman Allah: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor) dan berdoa: "Wahai Tuhan kami, beri ampun kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman … (Al-Hasyr: 10). Keluarlah kalian! Di riwayatkan dari Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, beliau berkata: "Wahai ahlul Iraq, cintailah kami sebagaimana kalian mencintai Islam. Demi Allah, tidak akan bergeser kecintaan kalian kepada kami hingga kalian mencampuradukan kecintaan kalian kepada kami dan membenci Abubakar dan Umar serta mencaci maki mereka berdua". Imam Ali Zainal Abidin berdoa untuk para sahabat Rasulullah saw yang telah membantu beliau saw dalam perjuangan menegakkan agama Islam sebagai berikut: "Ya Allah, untuk sahabat-sahabat Muhammad saw, khususnya mereka yang terjalin persahabatan dengan baik bersama beliau saw dan mereka yang telah berjasa mendukungnya, mereka yang bahu-membahu bersama Rasulullah saw dan telah berusaha secepatnya dalam mendukung dan segera dalam menerima ajakan Rasul saw kepada mereka, dari hujjah risalah-Nya, mereka yang sudi dan tahan berpisah dari anak-anak dan istrinya demi menegakkan dan menyebarkan kalimat haq, mereka yang juga tidak segan-segan memerangi anak-anak dan ayah mereka sendiri untuk mengukuhkan nubuwahnya, mereka adalah orang-orang yang dikucilkan oleh suku dan famili mereka hanya karena bergantung pada tali beliau, Muhammad saw, dan terputuslah hubungan kerabat yang sebelumnya terjalin erat sesama mereka dan mengajaknya menjadi anggota kerabat beliau. Ya Allah, betapa banyak yang telah mereka tinggalkan serta mereka berikan kepada-Mu, dengan segala kerelaan, balaslah hijrah mereka dari rumah tangganya menuju rumah-Mu. Mereka tinggalkan kehidupan yang makmur dan sentosa, lalu memilih kehidupan yang sederhana dan penuh tantangan." Imam Zaid bin Ali Zainal Abidin, berkata: "Memutuskan hubungan dengan Abubakar dan Umar tidak lain arti melainkan memutuskan hubungan dengan Ali bin Abi Thalib". Beliau berkata pula: 'Barangsiapa yang mencela Abubakar dan Umar, maka Allah swt, para malaikat dan semua manusia akan melaknatnya'. Begitu juga sikap Ja'far al-Shadiq terhadap para sahabat, seperti yang diriwayatkan dari Salim Ibnu Abi Hafsah berkata: Ketika aku mengunjungi Imam Ja'far al-Shadiq Ibnu Muhammad yang sedang sakit, maka beliau berkata: "Ya Allah sesungguhnya aku mencintai Abu Bakar dan Umar, dan akupun bermaula kepada keduanya. Ya Allah, jika perasaan yang ada dalam diriku berbeda dengan apa yang aku ucapkan, semoga aku tidak mendapatkan syafa'at dari Muhammad saw". Kemudian beliau berkata: "Wahai Salim, pantaskah jika ada seseorang yang mencaci maki kakeknya, sesungguhnya Abu Bakar ra adalah kakekku, sesungguhnya aku tidak mengharap syafa'at dari seorangpun , kecuali aku mengharap syafa'at yang sepertinya dari Abu Bakar." Bahkan ia pernah berkata: "Aku berlepas tangan dari orang-orang yang mengatakan sesuatu sesudah Nabi saw tentang Abu Bakar dan Umar kecuali yang baik." Imam Ja'far al-Shadiq ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: 'Aku berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas diri dari keduanya'. Kemudian beliau ditanya lagi, apakah anda bersikap taqiyyah? Imam Ja'far al-Shadiq menjawab: 'Jika aku bersikap seperti itu, maka aku akan berlepas diri dari Islam dan aku tidak akan mengharap syafaat kakekku Muhammad saw'. Selanjutnya beliau berkata: 'Allah swt berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas dari Abubakar dan Umar'. Begitu pula sikap ayah al-Shaddiq, Imam Muhammad al-Baqir. Beliau sangat cinta kepada Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq, beliau sangat memujinya dan berkata: "Siapapun yang tidak mengucapkan al-Shiddiq di belakang nama Abu Bakar, maka Allah tidak akan membenarkan ucapannya". Selanjutnya beliau berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari orang yang membenci Abu Bakar dan Umar, andaikata aku berkuasa, pasti aku akan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan menumpahkan darah orang yang membenci Abu Bakar dan Umar. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya dan akupun senantiasa memohonkan ampun bagi keduanya, tidak seorangpun dari ahlil baitku kecuali ia akan mencintai keduanya." Ibnu Fudhail meriwayatkan dari Salim Ibnu Hafsah, berkata: Aku pernah bertanya kepada Abu Ja'far dan puteranya tentang Abu Bakar dan Umar, maka keduanya menjawab: "Wahai Salim, keduanya adalah pemimpin yang adil, cintailah keduanya dan berlepas diri dari siapa saja yang memusuhi keduanya, sesungguhnya keduanya di hadapanku adalah petunjuk yang harus diikuti." Seorang wanita menemui Imam Ja'far al-Shaddiq, lalu bertanya kepadanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: "Jadikanlah keduanya sebagai pemimpinmu". Wanita itu berkata: Bila berjumpa dengan Tuhanku, aku akan mengatakan kepadanya, engkau yang memerintahkanku menjadikannya sebagai pemimpin. Imam Ja'far menjawab: "Ya". Muhammad al-Bagir bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib, berkata: Barang siapa yang tidak mengenal keutamaan Abubakar dan Umar, maka ia tidak mengenal sunnah. Ketika beliau ditanya tentang suatu kaum yang mencaci maki Abubakar dan Umar, beliau menjawab: "Sesunguhnya kaum itu telah keluar dari ajaran Islam, maka barangsiapa yang ragu terhadap keduanya, maka ia ragu terhadap sunnah nabinya, barangsiapa yang membencinya maka ia termasuk dari kaum munafik". Diriwayatkan oleh Mufadhal bin Umar dari ayahnya dari kakeknya, berkata: Imam Ja'far al-Shadiq ditanya tentang sahabat, beliau menjawab: 'Sesungguhnya Abubakar al-Shiddiq hatinya dipenuhi oleh musyahadah al-rububiyah, beliau menyaksikan tidakada tuhan selain Allah, sehingga ia banyak berdzikir لا إله إلا الله, sedangkan Umar selalu menganggap kecil sesuatu selain Allah swt dan tidak tunduk kecuali kepada Allah swt, sehingga ia banyak berdzikir الله اكبر , sedangkan Usman melihat segala sesuatu selain Allah swt mempunyai sebab akibat dan beliau selalu mensucikan Allah swt, sehingga ia banyak berdzikir سبحانالله , sedangkan Ali bin Abi Thalib selalu melihat keberadaan alam semesta adalah ciptaan Allah swt dan semuanya akan kembali kepada Allah swt, sehingga ia banyak berdzikir الحمدلله. Dari sangat cintanya Imam Ali kepada ketiga khulafaur rasyidin, beliau menamakan anak-anaknya dengan nama mereka, yaitu: Abubakar bin Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib dan Usman bin Ali bin Abi Thalib, dan beliau juga mengawinkan puterinya Ummu Kulsum dengan Umar bin Khottob. Al-Hasan dan al-Husain juga menamakan anak-anak mereka dengan Abubakar dan Umar, semua itu untuk dilakukan demi rasa cintanya kepada kedua sahabat Rasulullah saw. Imam Musa bin Ja'far meriwayatkan dari ayahnya , ketika beliau ditanya tentang Abubakar dan Umar: "Abubakar adalah kakekku dan Umar adalah suami nenekku (suami Ummu Kulsum bin Ali bin Abi Thalib), apakah ada orang yang membenci kakek dan suami neneknya? Imam Musa bin Ja'far, juga memberikan nama salah satu anak lelakinya dengan Abubakar, anak perempuannya juga dinamakan Aisyah, seperti juga kakeknya Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib menamakan putrinya dengan Aisyah. Begitu pula dengan Imam Ali bin Muhammad al-Hadi mempunyai anak perempuan yang dinamakan dengan Aisyah. Al-Daruqutni meriwayatkan dari Muhammad bin Abdullah bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang bergelar al-Nafsu al-Zakiyah, ketika ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: "Mereka berdua lebih utama dari Ali bin Abi Thalib". Imam Abdullah al-Mahdi bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, berkata: "Allah swt tidak akan menerima taubat seseorang hamba yang berlepas diri dari Abubakar dan Umar". Hasan bin Ali bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang Abubakar dan Umar, beliau menjawab: 'Keduanya adalah orang-orang yang utama dan aku selalu memintakan ampun untuk keduanya'. Kemudian beliau ditanya, apakah ini taqiyyah? Beliau menjawab: Aku tidak akan mendapat syafaat Muhammad saw, jika apa yang aku katakan berlainan dengan hatiku'. Ibnu Syihab dalam kitabnya Raspah al-Shodi mengatakan: 'Wajib atas semua manusia dan ahlul bait al-syarif khususnya, menghormati dan mengagungkan para sahabat Rasulullah saw dan mencintai semuanya, disebabkan mereka adalah nujum al-hidayah dan rijal al-riwayah wa al-dirayah, mereka manusia yang paling utama setelah para nabi, dan Allah telah memuji atas mereka di dalam kitab-Nya dan telah diceritakan dalam hadits-hadits shahih.' Tulisan ini adalah copas dari Group PECINTA KE EMPAT KHALIFAH RASULULLAH SAW. SUMBER : http://cinta-ahlulbait.blogspot.com/2009/11/sikap-ahlul-bait-terhadap-sahabat-nabi.html

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
أبـــــــــــــــــــــــــو عـــــــــــــــــــــــــــــمار
Sedan Rembang, Jateng, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Blog Arcife